Hijrah #1: Ini tentang sebuah pelarian
8 Maret
2015
Perjalanan
dimulai ketika tiba di Changi airport. Sempat kaget, karena bandara yang berada
di Singapura ini terintegerasi dengan mall. Tidak hanya mall saja, hampir
semuanya ada disini. Ketika ingin mencari makanan, maka semua restoran dari
harga atas hingga harga normal ada disini. Ingin mencari hiburan, ada kok dari
nonton film gratis, main games LAN bahkan hingga PS3 (mungkin) ada dan gratis tis tis.
Penampakan Taman di Changi Airport
Salah satu
andalan taman dengan berbagai suara burung di terminal 2. Di tiap terminal
memiliki objek tersendiri yang khas.
Karena next
flight jam 0000 malam, maka secara tidak langsung saya menghabiskan sebagian
waktu transit yang 10 jam itu dengan mengikuti tur gratis. Ya tepat sekali, tur
gratis.
Di tur
itulah pertama kalinya melihat dunia luar selain Indonesia. Saya pikir Singapura adalah negeri yang sangat besar dan industrinya maju. Disini saya
melihat kenyataan, bahwa sebenarnya apa yang saya pikirkan tidak sebegitu
wahnya. Negeri ini mayoritas dipenuhi oleh pendatang, komoditi pun tidak punya
dan hanya mengandalkan pelabuhannya. Bisa sangat diakui, pelabuhannya memang
sangat-sangat besar dan banyak kapal lalu-lalang. Namun, apakah memang hal ini
yang membuat Singapura maju?
SDA
sedikit, SDM sedikit, namun mereka bisa. Lantas bagaimana dengan Indonesia?
Terus berlalu,
di Singapura banyak pendatang investasi di sector property. Harga terus
melambung, dan keamanan terjamin. Banyak juga yang datang ke Singapura untuk
berbelanja, atau bahkan untuk sekedar berjudi. Lantas saya berpikir, bukan
sebuah omong kosong bagi sebuah negara untuk memaksimalkan pintu masuknya yakni
pelabuhan dan bandara sebagai pusat ekonomi, sedangkan permasalahan komoditi
dan teman-temannya, mereka cukup dengan menyalurkan komoditi yang datang dari
luar. Indah ya? Hanya jadi agen tanpa perlu mengolah sulit-sulit.
Pusat
perjudian dan pusat entertainment (kalo nda salah)
Chinatown
Ya,
ini dia salah satu taman di bandara. Indah sekali, benar-benar memanjakan para
pendatang. Tak dapat dipungkiri jika changi airport digolongkan sebagai salah
satu bandara terbaik didunia.
Karena
tidak ingin tertinggal pesawat, saya bergadang sepanjang malam menghabiskan
waktu transit dekat gate tujuan. Jam 0000, saya berangkat. Halo Taipei, saya
siap menujumu~
9 Maret
2015
Setelah 4
jam perjalanan yang saya isi dengan tidur, sampailah di suatu Bandara di
Taipei. Awalnya saya mengira Taipei ada di China, ternyata salah. Tepatnya di
Taiwan. Dari awan saya melihat sebuah bagian kecil dari negara Taiwan ini,
sebuah negara berkembang yang akan terus berkembang. Setibanya di bandara, kami
diarahkan untuk menuju tempat transit. Awalnya saya tersesat, tulisan semua tak
dapat dimengerti. Namun ada orang dari pihak maskapai scoot melambai-lambaikan
tulisan Tokyo Transit here. Saya bergegas menuju ia.
Oke setelah
sampai ternyata ada security check lagi. Harus melepas jaket, mengeluarkan
computer dari tas, melepas jam paspor sabuk. Setelah itu, karena tidak
diperbolehkan membawa air minum kedalam kabin maka saya menahan haus saya dan
berusaha hanya untuk minum nanti dibandara Narita Jepang. Namun faktanya,
sebagian besar orang setelah melalui security check, mengisi tempat minum
mereka dengan air drinking water di tempat transit area untuk diminum saat
dipesawat. Oke-oke biarlah saya kehausan. 4 jam menuju Narita airport. Oke mari
lanjutkan tidur yang tertunda.
Narita
airport. Oke setelah perjalanan panjang saya tiba di Narita jam 12 siang. Oh
ini namanya Jepang. Semua orang serba jalan cepat, sibuk dengan gadgetnya
masing-masing.
Setelah
sampai, saya kemudian bergerak untuk mencharge hp. Karena setelahnya saya akan
melalui waktu yang sangat panjang. Oke saya mencari tempat mencharge hp.
Pelajaran pertama,
jangan lupa membawa universal adaptor. Karena colokan di jepang itu gepeng 2
keping, sedangkan di Indonesia bullet 2 keping. Input voltase di Jepang
100V/2A, di Indonesia 220V/2A. Berbahaya menggunakan peralatan elektronik
seperti hairdryer mesin cuci dsbgnya. Kalau HP dan laptop sejauh ini aman.
Jangan lupa
ya Universal Adaptor, ada di toko 51, harganya 25 ribu. Dibandara Narita juga
ada, namun sekitar 30ribu. Terserah mau beli dimana hehe. Oke, setelah itu saya
membeli SIM hp untuk koordinasi dengan kakak, karena kakak ingin menitip
sebagian barang. Ada berbagai macam packet plan, saya ambil yang 15 hari packet
data. Karena saya hanya membutuhkannya untuk 12 hari. Di Jepang, sinyal semua
sudah serba 4G LTE. Namun untuk menjaga kesinambungan jaringan, maka hanya
dibatas untuk pemakaian 100MB pertama. Kartu itu harganya 3k yen.
Pelajaran kedua, di
Jepang kalo beli SIM Card, harus setting APN sendiri, ga akan ada operator SMS
kamu seperti Telkomsel GPRS, Telkomsel MMS. Kita harus setting manual, setting
manual didapatkan tata caranya di gugel. Password dan username ada di kertas
tempat SIM Card.
Sebelum
berangkat, saya harus memastikan makan dulu. Dengan berbagai macam restoran
yang sangat sulit memastikan mana yang halal dan haram, maka saya mengandalkan
apa nasihat dari berbagai traveler dari Indonesia. S***n e****n adalah pilihan
yang bijak, harga terjangkau dan setidaknya mendekati halal.
Pelajaran ketiga,
makanan yang mengandung banyak kuah atau ada saus rata-rata menggunakan babi
atau minyak babi atau bahkan sake. Makanan kering tanpa kuah, atau telor, ikan,
nugget +mayo dan nasi adalah piihan bijak mengenai makanan mendekati halal.
Setelah
makan selesai, saya bertemu orang Indonesia. Sebutlah ia bekerja sebagai
pialang saham di Indonesia dan bangkrut, ditawarkan pekerjaan di Jepang, ia
membayar temannya untuk mengatur segala macamnya dan menjanjikan akan di jemput
di bandara. Namun setelah menunggu 2jam dan di WA/line ga dibales. Dia ditipu.
Di meminta tolong ke saya agar bisa ke rumah temannya. Minta uang kesaya
sekitar 10k yen. Saya hanya bisa membantunya lewat saran, ke meja informasi dan
minta ijin telfon kedubes RI di Tokyo untuk minta di jemput. Syukur-syukur di
deportasi balik ke Indonesia. Mukanya langsung memerah, mungkin ia benci karena
saya tidak bisa membantu, dan lebih meyuruhnya untuk di deportasi daripada
memberikan bantuan. NAMUN,
Pelajaran keempat,
jangan terlalu bodoh percaya terhadap tawaran pekerjaan di LN. Selalu cek
kebenaran info melalui kerabat yang terpercaya di negara yang bersangkutan. Hal
ini juga berlaku untuk acara-acara conference, workshop dan teman temannya.
Pelajaran kelima,
jangan terlalu bodoh untuk membantu orang meskipun satu negara. Banyak di forum
traveler mengakui dirinya ditipu karena terlalu baik memberikan uang yang
sebenernya bukan sedikit, bahkan banyak. Maka pertolongan paling bijak yang
anda dapat lakukan adalah memberikan kesempatan bagi ia menggunakan telfon umum
menelfon kedubes negara asalnya di negara yang bersangkutan.
Setelah
keluar dari daerah kedatangan bandara, saya ketemu dengan bapak-bapak memegang
pamphlet WCDRR. Saya langsung nanya kemana saya harus melanjutkan perjalanan.
Dikasih lah saya pamphlet berbagai macam cara untuk sampai di Tokyo. Namun saya
bingung, kok tidak ada pilihan bis. Padahal di kertas petunjuk akomodasi, dari
Narita ke Tokyo dengan bis seharga 1k yen. Tentu jauh lebih murah dibandingkan
dengan harga kereta yang bisa 3k yen atau 5k yen.
Pelajaran keenam, dari
Narita bisa menggunakan bis. Namanya Keisei bis, harga 1k yen sampai di Tokyo.
Perjalanan sekitar 1jam 30 menit. Bisa masukin bagasi. Jadwal tergolong sering,
jadi tak perlu khawatir menunggu.
Setelah itu
membeli tiket, dan ternyata beda waktu antara waktu saat itu dengan bis hanya
sekitar 5menit. Lantas saya langsung menanyakan dimana tempatnya, dan langsung
berlari keluar membawa koper dan tas yang bisa mencapai 30kg itu.
Penampakan
bis belakangnya aja dan penampakan depan Narita
Di tiket tertera gate bis. Ternyata di depan Narita ada berbagai macam gate
untuk bis. Kita harus berdiri di tempat yang tepat sehingga naik bis yang tepat. Saya temukan bis saya. Bis
sudah dalam keadaan stand by. Mungkin saya adalah penumpang terakhir yang naik.
Segera saya serahkan koper saya dan saya diberikan tiket untuk mengambilnya
nanti di tempat bis. Oke perjalanan menuju Tokyo dimulai, kata forecastnya
Tokyo hujan. Ah apalah ramalan cuaca, di Indonesia selalu kurang tepat kok. Bis
tinggal tepat waktu sesuai dengan di tiket, tidak terlambat 1 menitpun. Tidak
ada penumpang VIP yang ditungguin, semuanya serba tepat waktu.
Mari kita berangkat! Saya habiskan waktu untuk tidur dalam perjalanan.
Tepat
sekitar jam 3 sore, saya terdampar di tengah-tengah Tokyo dengan batre hp
ternyata sisa sekitar 30 persen. Untuk perjalanan panjang hari ini hanya 30
persen? Entah bagaimana bisa melanjutkan hidup di suatu negara antah berantah
disini. Maka, perjalanan dimulai! Mari taklukan Tokyo! Setidaknya itu yang ada
dipikiran saya sebelum keluar bis.
Setelah
keluar bis, ternyata benar. Forecast sangatlah penting dipantau sebelum
beraktivitas.
Pelajaran ketujuh,
sangatlah penting membaca/memantau forecast cuaca tiap sebelum beraktivitas.
Dari sini kita bisa prepare apa yang harus dibawa dan apa yang harus dikenakan
ketika berpergian.
Sesuai
dengan apa yang telah direncanakan, saya langsung mencari toko bernama Family
Mart, Sunkies, atau semacamnya. Tujuannya bayar tiket bis. Setelah masuk dan
langsung menuju vending machine buat bayar tiket. Alhamdulillah, pelajaran
lainnya. Paniklah! Gimana, tiket besok masa belum dibayar. Deadline malam itu
jam 23:59 LC. Terus gimana? Entah. Saya sedih, masa saya harus jalan ke Sendai,
jalan dari Merak ke Bandung?
Terus
menerus nyoba, dengan vending machine bahasa alien, dari situ saya merasa
sedih. Gagal, semua kemampuan bahasa inggris yang udah pas-pas an ini ternyata
semakin ga ada gunanya. Terus menerus memutar kepala, oke kalau begini caranya
saya harus menggunakan hp untuk membooking kembali tiketnya, dengan begitu
secara tidak langsung saya harus membuang 5persen dari 30persen batre hp saya
untuk mengarungi Tokyo. Oke, ini jauh lebih baik daripada harus jalan kaki dari
Tokyo ke Sendai.
Pelajaran kedelapan,
dalam melakukan perjalanan antar kota, mungkin willerbus adalah pilihan yang
bijak, karena dengan menggunakan willerbus, kita dapat check in baggage, terus
perjalanan aman nyaman dan terjangkau yakni sekitar 3000-4000yen. Tentu jauh
jika dibandingkan dengan bullet train/shinkansen. Untuk tata cara pembayaran
melalui vending machine, ada guidenya. Jadi ga perlu bingung.
Booking
ulang perjalanan, ternyata kesalahannya selama ini adalah, memasukan kode ke
vending machinenya berupa kode booking, bukan kode pembayaran via conveinance
store. Oke 5persen batre berharga hilang begitu saja. Namun, Alhamdulillah
akhirnya setidaknya terbayar sudah itu tiket bis. Sekarang perjalanan utama aman,
tinggal bagaimana mengarungi kota ini. Sesuai dengan beberapa saran dan apa
yang dibaca di internet maka pilihannya adalah Tokyo metro pass. Bisa dibilang
sebuah tiket untuk mengarungi kota Tokyo gratis selama satu hari. Tiket itu
bernilai 1000yen. Namun pertanyaannya adalah bagaimana menuju stasiun. Saya
terdampar diantara gedung-gedung besar antah berantah tanpa tau jalan mana yang
harus saya tempuh. Menanya kepada orang? SALAH, taka da gunanya disini.
Saya terus
berjalan tanpa arah mencari sebuah stasiun, maka secara tidak sengaja
berpas-pasan dengan seseorang bule, entah mengapa disini saya sangat bersyukur
bertemu dengan bule pertama kalinya. Dari ia, saya tau bagaimana menuju stasiun
dan membeli tiket untuk Tokyo metro pass. Setelah perjalanan jauh, mungkin ada
10km berlalu, saya akhirnya menemukan sebuah stasiun untuk membelinya. Niat
utama adalah, menuju Shinjuku terus naro koper baru berpergian dengan hanya
menggunakan tas biasa. Ya, setidaknya itu adalah rencana utamanya
Pelajaran kedelapan,
vending machine buat tiket kereta api itu bisa diubah jadi bahasa inggris. Jadi
ga usah khawatir nanya-nanya orang.
Setelah itu
bayar dengan harga 1k yen setelah memilih menu Tokyo Metro Pass. Ini gambar
tiketnya
Dengan
tiket itu dan berbekal saya menuju langsung target utama, stasiun Tokyo, menuju
Masjid Camii terlebih dahulu untuk sholat, baru menuju Tokyo Tower.
Itu
rencananya, entah kenapa sepertinya semua rencana saya tak berjalan lancar.
Karena sudah sore, dan ga sempet buat solat, maka saya utamakan ke masjid camii
dulu. Setelah turun dan naik beberapa kali, dan tersesat beberapa kali, maka
ternyata saya gagal paham. Maksudnya ternyata mencari sebuah Masjid ditengah
Tokyo bukanlah hal mudah. Ini dikarenakan, saya ga bawa peta, dan hanya
mengharapkan batre HP untuk GPS an. Setelah sampai stasiun terdekat, waktu
sudah memasuki jam 1710. Ini sudah sangat mepet dengan Maghrib. Saya langsung
aktifkan mode GPS, ternyata Masjid Camii itu sangat jauh sekali dari kondisi
saya berada.
Disitu saya
merasa sedih. Untuk jalan lebih dari 20km, dalam waktu 20 menit adalah hal tak
mungkin.
Pelajaran kesembilan,
untuk menjelajah Tokyo pastikan membawa petanya. Dengan demikian plan
perjalanan akan jauh lebih mudah. Biasakan juga sholat di gabung di awal,
karena sangat sulit sekali untuk memaksakan sholat tetap pada waktunya,
terutama tempat sholat.
Dengan
demikian, mutlak saya tidak sholat. Dari situ, saya belajar. Hingga dengan
demikian, saya dalam posisi kelaparan dan tak tau arah, meneruskan perjalanan
ke Akihabara. Kakak nitip beli PS4. Katanya sih lebih murah disini, sebagai
adik yang baik tentu melakukannya. Dengan kondisi kelaparan dan masih membawa
koper beserta tas yg bisa lebih dari 30kg itu, perjalanan saya lanjutkan.
Kata temen
temen sih, Akihabara itu tempatnya dan gudangnya elektronik dan manga anime.
Dalam perjalanannya saya bergonta ganti kereta, dari bawah tanah hingga JR
Line. Setelah sampai di stasiun Akihabara maka saya keluar, dan ternyata karcis
saya ditolak. Saya bingung, lantas menanyakan ke petugas keamanan, well, dia
gabisa berbahasa inggris. Saya jelaskan dengan bahasa isyarat, ia hanya
menggangguk dan mempersilahkan saya untuk melewati pos karcis melalui pintu
keamanan.
Setelah
keluar dari stasiun, pemandangan pertama yang saya lihat adalah AKB48 Café atau
semacamnya. Waw. Jadi ada café seperti ini di Akihabara, namun karena saya
bukan orang penggemar apapun itu, jadi saya tetap melanjutkan perjalanan. Oh
iya, karena hujan terus, maka di stasiun saya sempat membeli payung. Harganya
sekitar 500 yen, logis. Bentuk payung jepang emang aga beda dari umumnya.
Payung mereka biasanya make plastic transparent, beda dengan yg di Indonesia.
Terus
berjalan, kira-kira ini pemandangan Akihabara
Photo
source by google
Dan ini
adalah AKB48 Café
Jadi berisi
tentang café biasa dan beberapa member
Gasalah sih
kalo beberapa orang bilang, kalo mau nyari Night Life di Jepang, Akihabara
adalah salah satu tempat yang wajib kita kunjungi. Maka petualangan saya mulai,
dengan batre hanya sekitar 20persen. Isinya benar benar peralatan elektronik,
katanya sih tergolong murah. Namun setelah saya compare, memang aga murah
dibandingkan laptop di Indonesia, namun bedanya hanya sekitar 400-600k. bukan
suatu perbedaan yang sangat besar.
Terus mencari sumber PS4. Ketemulah, harganya
sekitar 4jutaan. Entah itu harga yang tergolong murah atau mahal, karena saya
sendiri gatau harga di Indonesia berapa. Dengan demikian, saya langsung call
via line. Karena belum diangkat, maka langsung cari tempat makan. Kalo gasalah
itu udah sekitar jam 8malam. Sangat-sangat lapar.
Menemukan
sebuah tempat makan kecil. Bingung cara mesennya gimana,
Pelajaran kesepuluh,
sebagian rumah makan menggunakan vending machine untuk memesan menu. Jadi kalo
di Bali kita sering liat resto masang menu di luar restonya agar bisa dilihat,
kalo disini sebagian memasang vending machine beserta gambarnya untuk memesan
sekaligus membayar pesanan.
Setelah itu
saya langsung memesan menu makanan. Karena dengan keadaan sangat bener bener
lapar, maka saya memesan suatu menu tanpa berpikir panjang yakni mi ramen.
Setelah itu saya bayar sekitar 98k. Lumayan mahal, tapi tak apalah toh sangat
lapar. Setelah itu, keluar nota pembayaran, saya bawa masuk kedalam.
Setelah itu
diproses lah makanan tersebut, dan keluar jadi. Disitu saya merasa sangat
bingung. Muncul 3 tekstur daging yang tak pernah saya lihat di Indonesia,
meskipun saya tergolong orang yang tak pernah memperhatikan tekstur daging. Dengan
membaca basmalah dan asumsi tidak tau itu daging apa maka saya makan dengan
lahap. Awalnya rasa kuahnya berbeda, aneh aja. Biarlah, anggaplah tongue shock.
Setelah makan, masih menyisakan sedikit kuah dan beberapa daging kecil, serta 3
daging bertekstur aneh. Analisa saya sih menyatakan itu bukan daging babi,
soalnya dari teksturnya kaya ada tulang tulangnya da nada kaya lapisan tahunan
di kayu gitu. Sekali lagi dengan membaca basmalah saya makan. Alhamdulillah
ternyata benar daging ayam. Langsung saya dengan lahap makannya. Hampir habis,
ada daging kecil kecil, oh rerempahan ayam. Setelah baru satu kali gigit.
Langsung saya keluarkan kembali. Ini daging apaan, kok rasanya kaya begini. Oke
itu pasti daging babi. Langsung saya hentikan makan tersebut dan minum air
putih dingin. Well, entah kenapa disediakan air dingin, padahal suhu diluar
sekitar 4derajat. Biarlah, mungkin mereka biasa seperti itu.
Pelajaran kesebelas,
agak sulit memang memastikan mana daging babi dan daging ayam. Pastikan selalu
bertanya buta niku, buta niku itu daging babi. Tentu diikuti dengan bahasa isyarat
yang benar dan baik.
Setelah itu
langsung nelfon dan diangkat. Koneksi 4G LTE memang sangat bisa diandalkan,
meskipun dengan batre20persen. Oke setelah negoisasi, katanya si penjual sih
bahasa PS4 nya built in Japan, nah dia gamau jamin kalo setelah dibeli bisa
diganti ke bahasa Indonesia (terlalu ngarep) minimal Inggris. Jadi bener bener
ga berani jamin, dan mereka pun sellernya sekali lagi ga bisa bahasa inggris.
Terus dapat titah beli kasetnya aja, ternyata ketemu bule (Alhamdulillah).
Langsung nanya deh, gimana masalah PS4 dan kasetnya. Ternyata bener, gabisa
diubah bahasanya. Kaya di lock khusus di jepang aja gitu.
Perjalanan
2jam tanpa hasil menuju Akihabara. Oh iya di Akihabara memang sekali lagi dapet
banget Night Life nya. Dan di Akihabara ada sesuatu perempuan dengan membawa
pamphlet. Saya gatau mereka nyebarin apaan, karena ga ditawarin dan berbahasa
Jepang juga sih. Kalo fotonya… ga perlu ditampin deh, biar googling sendiri aja
=)) tapi menurut saya sih itu foto sama cosplay gitu.
Oke karena
sudah malam, dan stasiun pemberangkatan bis itu di daerah Shinjuku, meskipun
saya total gatau dimana meskipun ada guidenya dan katanya Cuma 10menit jalan,
maka saya harus mencari tempat untuk tinggal. Di Tokyo rencananya mau numpang
ditempat temen, ternyata dengan keadaan batre sekitar 15 persen ternyata dia
belum bales bales. Padahal udah sekitar jam 21 lebih. Sedangkan perhitungan
nyasar-nyasar maka saya akan sampai di stasiun Tokyo sekitar jam 23. Sedangkan
saya harus mencari tempat tinggal, sehingga saya memutuskan mencari tempat
tinggal sendiri. Mau coba nginep di internet café dan murah katanya, Cuma saya
gasuka tidur di tempat duduk. Saya. Harus. Mencari. Tempat. Tidur. Akhirnya
dengan perhitungan yang terdesak dan keadaan batre menipis, saya putuskan
mencari tempat menginap di daerah Shinjuku st. Hal ini mengingat besok tiket
saya sudah habis alias angus, sehingga tak berguna lagi, dan gabisa jalan-jalan
lagi. Oke, lets go Shinjuku.
Menuju
tempat yang sama, yakni Shinjuku st. Terjadi tragedy yang sama, kalau saat
sebelumnya saya tidak dapat keluar karena tiket tertolak, kini gabisa masuk
karena tiket tertolak juga. Saya ketemu lagi sama bapa-bapa security yang tadi.
Ternyata dijelaskan bahwa tiket itu buat subway, bukan JR Lines.
Pelajaran keduabelas,
jika beli metro pass, maka hanya untuk subway, bukan untuk JR Lines, begitu
juga sebaliknya. Kecuali kita membeli all pass.
Dengan
keadaan demikian, saya harus mencari stasiun subway yg lumayan jauh dari tempat
tersebut, dan tentu saya ga tau. Meskipun bapa-bapa itu telah memberikan
isyarat tempatnya namun tetap saja saya tak paham. Saya keluar stasiun dalam
keadaan benar-benar bingung. Setelah itu untuk sekian kalinya, tersesat. Saya
terdiam benar-benar seperti anak kecil tak tau arah. Inilah yang saya benci
dari dulu, kehilangan arah. Tiba-tiba seseorang menyapa.
“mas dari
Indonesia?”
SAYA KEJER
KEJER TERIAK HAHAHA. IYA IYA IM FROM INDONESIA. Saya ceritakan gundah gulana
saya. Ternyata mba nya itu asli Indonesia, kuliah di Russia kalo nda salah
berasma teman jepangnya. Setelah itu ia lagi ada conference ama temennya di
Jepang, tepatnya di Shinjuku. Cuma mereka mau jalan jalan dulu di Akihabara dan
baru aja sampe. Saya di guide sama mereka, mereka berbicara 2 bahasa, 3
tepatnya. Jepang Russia dan Inggris. Disini saya merasa bahwa belajar bahasa
sangatlah penting, tidak hanya bahasa inggris saja. Dari dia juga saya mengetahui katanya sebagian
orang jepang bukan tidak bisa berbahasa inggris, mereka hanya malu untuk berbicara,
katanya sih seperti itu.
Dari ia
juga saya dapat hal-hal masalah transit dan teman temannya sehingga saya tidak
tersesat. Sekitar 20menit perjalanan. Alhamdulillah, Saya belajar juga,
terkadang lebih baik bertanya kepada anak sd-smp disini daripada eksekutif muda
yang berkeliaran di stasiun. Alhamdulillah tiba juga di Shinjuku.
Setelah itu
dalam keadaan sangat lelah dan hujan saya berjalan menggunakan gps menuju hotel
capsule. Pertama kalinya saya melihat kebakaran juga di Jepang, sangat kecil
sih. Mungkin hanya short circuit, dan pemadam otomatis langsung bekerja. Tak
ada korban jiwa, namun pemadam kebakaran dan krunya sudah di tkp dengan cepat.
Langsung terus berjalan, dengan keadaan hujan tentunya sangat sulit sekali
mendapat sinyal gps dan positioning diri kita semakin buruk. Maka disini sekali
lagi sangat penting membawa peta bersama kita.
Setelah
berjalan cukup jauh, saya masuk ke gang yang isinya aneh banget. Banyak
perempuan berpakaian lebih minim dari yang biasanya sangat minim pada umumnya
di Jepang, dan mereka membawa brosur. Karena sudah sangat lelah saya tak
berpikir panjang, paling hanya cosplay dan terus berjalan mengikuti GPS. Terus
ketemu orang, dan saya langsung nanya penginapan. Dan mereka nganter ke
ruangan, dan dia nanya di akhirnya, mau sex message ga? WHAT? Iya, sex message,
setelah saya baca brosur dengan bener, ternyata itu semacam motel yang menawarkan hal-hal seperti itu.
Pelajaran ketigabelas,
hati hati dengan orang yang nawarin tempat tinggal atau room hotel gitu.
Pastikan tempatnya benar.
Terus saya
berjalan dengan GPS dan bantuan orang afrika Alhamdulillah, dan menemukan Hotel
Capsule sesuai dengan tujuan saya. Ia terletak di lantai 4. Naik lift saya,
setelah naik lift. Masuk ke recepsionist. Ternyata harus booking dulu, kalo ga
booking kena tariff regular sekitar 400ribu permalam. Padahal aslinya sekitar
100ribu per malam. Karena sudah sangat lelah sekali lagi, maka tanpa berpikir
panjang saya langsung mengiyakan. Karena perjalanan esok masih sangat panjang.
Pelajaran keempatbelas,
lebih baik merencanakan perjalanan dengan sangat detail. Jangan nafsu
mengunjungi tempat wisata yang sangat banyak dalam satu hari. Jadi seorang
traveler seperti orang barat. Cukup 1-2 tempat aja, namun detail. Rencanakan
dan booking tempat tinggal kamu menggunakan banyak website gratis seperti
booking.com.
Pelajaran kelimabelas,
di hotel capsule koper kita ditaro begitu aja di tempat koper, ga ada gembok ga
ada tempat khusus karena ga muat di locker bag. Jadi pastikan bawa gembok.
Keamanan koper? Ga ada yg jamin, namun hampir mustahil orang jepang nyolong
koper kita, kalaupun koper kita ilang, biasanya orang asing. Jadi selalu bawa
gembok ganda untuk koper kita.
Sepatu di
copot. Disana ada semacam semprotan agar sepatu kita gab au gitu. Entah namanya
apa lupa, Cuma hebat. Belum nemu di Indonesia, buka sepatu dan masuk hotel
capsule deh, ternyata ga sesempit yang saya kira. Layaknya peti mati, namun
berisikan radio, TV, charger, lampu, alarm. Ukuran panjang dan lebar hampir
4/3nya kasur asrama. Saya tak lupa sholat, terus setting alarm. Dan ngasih
kabar ke kakak kalo udah sampe tempat penginapan. Hari yang sangat panjang ini,
hingga kaki melepuh, jalan lebih dari 40-50km, saya akhiri. Bagaimana dengan amanah-amanah yang masih terbengkalai? Apakah ini sebuah pelarian saya? Good night.
11 Maret 2015.
Dari Shinjuku,
Arief Rahman Hakim
Dari Shinjuku,
Arief Rahman Hakim
0 comments