Bahtera Seorang Pemimpin
Hidup ini bagaikan Bahtera. Nahkodai dirimu menuju Jannah yang Ia janjikan |
Apa arti seorang Pemimpin?
Apalah arti seorang Pemimpin?
Tentu tulisan ini bukan menjabarkan mengenai betapa urgentnya menjadi seorang Pemimpin. Bukan mengisahkan bagaimana minimnya Pemimpin yang ada di Indonesia. Apalagi jika tulisan ini membahas bagaimana menjadi seorang pemimpin yang sudah banyak bertebaran diluar sana.
Sudut pandang di tulisan ini adalah mengenai Bahtera Seorang Pemimpin.
Sebelum itu, maka akan lebih ahsan kita menyamakan persepsi. Pemimpin, seperti yang kita tau, tentunya memiliki suatu yang dipimpin. Entah itu berupa sebuah forum, organisasi, komunitas, atau setidaknya diri sendiri. Tantangan yang dihadapi pun tidak hanya sebatas dari luar, tapi dari diri sendiri yang biasa disebut Mental Block.
Semoga kita sepakat mengenai hal-hal ini
Kini maju ke Bahtera Seorang Pemimpin. Pemimpin dalam menjalani hidupnya tentu tidak melalui hal-hal yang dilalui oleh yang lain. Dalam hidup, tentu kita tak bisa bertindak seenak hati. Tak bisa juga mengambil tindakan seenak jidat. Apalagi mengatakan sesuatu bak diktator. Karena tentu hidup ini bukanlah sebuah permainan, bukan juga DoTA yang ketika usai, kita bisa pilih peran baru dalam games itu.
Bung, ini bukan sebuah kisah mengenai hal-hal ini. Ketika kita-kita pada telah selesai, menyerah pada hidup, dijerat masalah, apa anda dengan sangat mudah memencet tombol reset, dan kembali memilih Hero bak bermain DoTA.
Sesuai dengan kajian yang selalu Ustadz Fadhli berikan mengenai Training Pengembangan Diri, salah satu poin penting dari seorang pemimpin memiliki Methodology yang tepat dan memiliki efisiensi yang sangat baik. Bagi yang masih bingung apa bedanya Effective dan Efficiency, bangun. Hidup tak sebatas Media Sosial mu. Memilih Methodology juga bukan sesuatu hal yang mudah, karena anda tak akan menuju medan perang menggunakan pakaian renang bukan? Pastikan kita memilih metode yang tepat. Jika kita adalah seorang kader SKI kah, LDF, LDK, atau bahkan organisasi basis massa lainnya, pastikan diri ini memilih metode yang tepat.
Hidup ini memang tak mudah, jangan sampai menggunakan metode yang salah dalam berdakwah. Ketika berada di lingkungan dimana memisahkan Agama dan Kehidupan, maka tentu kita tak akan berteriak takbir sekeras-kerasnya, tak juga akan meneriakan KAFIR dan teman-temannya (salah satu hal yang dapat membatalkan syahadat adalah mengkafirkan seseorang tanpa alasan yang kuat).
Kembali ke poin sebelumnya, ketika memilih metode tersebut tentu tak semua orang setuju akan hal ini. Masalah terus berdatangan, ya hal-hal seperti ini, tips dan trik tak perlu disini. Inilah Bahtera Seorang Pemimpin, sebuah lentera kehidupan bagaimana seorang Pemimpin menyelesaikan masalah dengan seni, bukan dengan emosi, bukan juga dengan asas kekeluargaan tapi forga sering telat, atau sok-sok profesional tapi di kritik masih dibawa hati.
Sekali lagi ini adalah Bahtera Seorang Pemimpin. Jika anda masih mengira saya membuat tulisan ini untuk menyindir orang lain. Cukupkan disini, karena ini bukan tentang itu.
Memang sangatlah tak mudah menyelesaikan masalah dengan seni, saya sendiri masih sangat belajar dari 0. Banyak rekan-rekan yang saya kenal, begitu piawai dalam memainkan perannya sebagai pemimpin. Begitu indah dan terus berseni dalam menggapai visi misinya dalam organisasi tersebut. Saya terkagum, bagaimana cara seorang pemimpin biar terus sabar, atau mau untuk diperintah dan mematuhi aturan, bukan malah terjebak dengan kenikmatan menjadi pemimpin yang akhirnya terjebak dalam lumuran dosa.
Ya, ini adalah Bahtera Seorang Pemimpin.
Bahtera Seorang Pemimpin, lantas ketika masuk ke arah tanggung jawab. Tentu dari jaman ospek hal ini selalu ditanamkan, atau mungkin terlewatkan karena menanamkan Chauvinisme atau cinta almamater dan jurusan berlebihan (atau mungkin ga ditanamkan keduanya). Sebutlah Fulan menempati jabatan sebagai seorang HRD di Lembaga Dakwah Kampus di Universitas manapun entah PTN/PTS. Kemudian banyak masalah yang terjadi, ternyata Fulan dalam memimpin menempuh banyak cobaan tentunya. Ada yang dari luar mempertanyakan kinerja junior Fulan atau bahkan mengolok-oloknya.
Di dalam sendiri, dalam menjalankan perannya dalam memimpin bagian HRD pun, sangatlah sulit mengumpulkan juniornya untuk menyamakan persepsi, untuk peduli terhadap HRD itu, untuk berkontribusi di HRD itu.
Bagaimana jika anda berada di posisi itu?
Apa anda menyalahkan situasi?
Atau anda tergolong golongan yang menyalahkan orang lain?
Cih, buang semua muka topengmu bung.
Inilah Bahtera Seorang Pemimpin. Jika anda memang tak mampu memberikan solusi bukan berarti anda tak boleh menyuarakan aspirasi atau kritik bung. Ini bukan FTV, ini bukan sebuah drama di mana kuliah hanya masuk kelas ngobrol, tau tau dosen masuk di bully terus selesai kelas dan nongkrong seharian tanpa tugas di kafe. Ini bukan FTV.
Jika memang berbicara adalah suatu keharusan, MAKA SUARAKAN BUNG! Anda bukanlah suatu bak robot yang hanya bergerak sesuai bagaimana ia diprogram. Namun, jaga bicara anda. Semakin banyak anda berbicara, apalagi bacot, semakin banyak dosa yang anda tebarkan. ANDA ADALAH MUSUH BAGI DIRI ANDA SENDIRI.
Atau anda masih terjebak bahwa bertanya adalah untuk orang bodoh? hanya orang pintar?
Atau anda terjebak kepuasaan menjadi seorang pemimpin?
Apa anda masih terjebak dengan kesenangan berbicara banyak? Ya meskipun yang dibicarakan hanyalah sampah belaka.
Bahtera Seorang Pemimpin, bagaimana seorang Pemimpin menyelesaikan masalah dengan indah. Jika memang kita tidak tau apa yang kita lakukan, tak paham akan apa yang kita ucapkan, apalagi ragu apa jangan-jangan tidak membawa manfaat, ya sudah. Tutup lembaran dosa anda. Tutup lumuran dosa anda. Buka lembaran baru.
Bukalah lembaran baru. Jangan terjebak dengan posisi apalagi jabatan
Anda ditawarkan menjadi seorang Ketua Organisasi, PASTI akan ada secuil perasaan yang timbul berupa rasa senang, Namun apakah anda tau, suatu saat nanti di akhirat anda akan dimintai pertanggungjawaban atas apa-apa yang anda lakukan di organisasi tersebut.
Atau jangan-jangan kita tergolong kaum yang pada akhirnya mengangisi dan menyesali atas amanah-amanah banyak yang belum terselesaikan hingga jadi lumuran dosa?
Semoga kita bukan tergolong orang yang dengan rakus baknya tikus, terus mencari posisi dan jabatan dalam organisasi. Sekali lagi, ini adalah Bahtera Seorang Pemimpin.
Tulisan ini dibuat untuk kita semua, untuk saya yang masih terus belajar bagaimana menjalani hidup. Bagaimana Bahtera Seorang Pemimpin.
12 Mei 2015,
Arief Rahman Hakim
0 comments